Minggu, 01 November 2009

monera

http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0012%20Bio%201-3a.htm

Dari asal kata Bakterion (yunani = batang kecil). Di dalam klasifikasi bakteri digolongkan dalam Divisio Schizomycetes.
CIRI-CIRI UMUM
- Tubuh uniseluler (bersel satu)
- Tidak berklorofil (meskipun begitu ada beberapa jenis bakteri yang memiliki pigmen seperti klorofil sehingga mampu berfotosintesis dan hidupnya autotrof
- Reproduksi dengan cara membelah diri (dengan pembelahan Amitosis)
- Habitat: bakteri hidup dimana-mana (tanah, air, udara, mahluk hidup)
- Satuan ukuran bakteri adalah mikron (10-3)

Gbr. arsitektur suatu sel bakteri yang khas

BENTUK-BENTUK BAKTERI
- Kokus : bentuk bulat, monokokus, diplokokus, streptokokus,
stafilokokus, sarkina
- Basil : bentuk batang, diplobasil, streptobasil
- Spiral : bentuk spiral, spirilium (spiri kasar), spirokaet (spiral halus)
- Vibrio : bentuk koma
ALAT GERAK BAKTERI
Beberapa bakteri mampu bergerak dengan menggunakan bulu cambuk/flagel. Berdasarkan ada tidaknya flagel dan kedudukan flagel tersebut, kita mengenal 5 macam bakteri.
- Atrich : bakteri tidak berflagel. contoh: Escherichia coli
- Monotrich : mempunyai satu flagel salah satu ujungnya. contoh:
Vibrio cholera
- Lopotrich : mempunyai lebih dari satu flagel pada salah satu
ujungnya. contoh: Rhodospirillum rubrum
- Ampitrich : mempunyai satu atau lebih flagel pada kedua
ujungnya. contoh: Pseudomonas aeruginosa
- Peritrich : mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.
contoh: salmonella typhosa
NUTRISI BAKTERI
1. Dengan dasar cara memperoleh makanan, bakteri dapat dibedakan menjadi dua:
Bakteri heterotrof: bakteri yang tidak dapat mensintesis makanannya sendiri. Kebutuhan makanan tergantung dari mahluk lain. Bakteri saprofit dan bakteri parasit tergolong bakteri heterotrof.
2. Bakteri autotrofl bakteri yagn dapat mensistesis makannya sendiri. Dibedakan menjadi dua yaitu (1) bakteri foto autotrof dan (2) bakteri kemoautotrof.
KEBUTUHAN AKAN OKSIGEN BEBAS
Dengan dasar kebutuhan akan oksigen bebas untuk kegiatan respirasi, bakteri dibagi menjadi 2:
- Bakteri aerob: memerlukan O2 bebas untuk kegiatan respirasinya
- Bakteri anaerob : tidak memerlukan O2 bebas untu kegiatan
respirasinya.
PERTUMBUHAN BAKTERI
dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Temperatur, umumnya bakteri tumbuh baik pada suhu antara 25 - 35 derajat C.
2. Kelmbaban, lingkungan lembab dan tingginya kadar air sangat menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri
3. Sinar Matahari, sinar ultraviolet yang terkandung dalam sinar matahari dapat mematikan bakteri.
4. Zat kimia, antibiotik, logam berat dan senyawa-senyawa kimia tertentu dapat menghambat bahkan mematikan bakteri.

PERANAN BAKTERI DALAM KEHIDUPAN
1. Sebagai Mahluk Pengurai/Saprovor.
Bersama-sama dengan jamur, bakteri berperan sebagai pengurai
mahluk-mahluk yang sudah mati
2. Penghasil Antibiotik.
Dari bakteri golongan Actinomycetes (bentuk peralihan antara bakteri
dan jamur) dihasilkan bermacam-macam antibiotik. Misalnya:
Streptomisin >> dari Streptomyces griseus, Kloramfemikol >> dari
Streptomyces venezuelae.
3. Penghasil Bahan Pangan.
- Asam cuka >> dari Acetobacter acetil
- Yoghurt >> dari Lactobacillurs bulgaricus
- Sari kelapa/Nata de Coco >> dari Acetobacter xylinum
4. Pengikat N2 bebas di udara:
Bersimbiosis dengan tanaman Leguminosae (tanaman buah polong)
- Rhizobium leguminosarum dan R. radicicola.
Hidup bebas :
- Azotobacter, Rhodospirillum rubrum, Clostridium pasteurianum.
MERUGIKAN MAHLUK LAIN
Bakteri patogen adalah bakteri parasit yang dapat menimbulkan penyakit pada organisme lain.
Pada tumbuhan misalnya:
Xanthomonas citri >> penyebab kanker batang jeruk.
Erwinia trachelphilia >> penyebab penyakit busuk daun labu.
Pada hewan misalnya:
Bacillus antraxis >> penyebab penyakit anthrax pada hewan ternak.
Actynomyces bovis >> penyebab penyakit bengkak pada rahang sapi.
Pada manusia misalnya:
Salmonella thyphosa >> penyebab penyakit tifus
Mycobacterium tuberculosis >> penyebab penyakit TBC
Mycobacterium leprae >> penyebab penyakit lepra
Treponema pallidum >> penyebab penyakit sifilis
Shigella dysentriae >> penyebab penyakit disentri basiler
Diplococcus pneumoniae >> penyebab penyakit radang paru-paru
Vibrio cholera >> penyebab penyakit kolera
TINDAKAN PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
TERHADAP PENYAKIT BAKTERI
1.Tindakan pencegahan dengan pemberian vaksin.
Misalnya vaksin BCG >> pencegahan terhadap penyakit TBC
Vaksin DPT >> pencegahan penyakit difteri, pertusis dan tetanus
2.Tindakan pengobatan:
Dapat dengan cara pemberian antibiotik
PENGAWETAN MAKANAN
1. Cara-cara tradisional >> pengasapan, penggaraman, pengeringan,
pemanisan
2. Cara-cara modern -> Sterilisasi, Pasteurisasi, pendinginan,
penggunaan bahan kima dan teknik iradiasi

Ganggang Biru
Biologi Kelas 1 > Virus & Monera> Monera
11
< Sebelum Sesudah >

Di dalam klasifikasi, ganggang biru digolongkan kedalam Divisio Cyanophyta.
CIRI-CIRI UMUM:
- tipe sel: sel Prokariotik (sama dengan bakteri)
- Uniseluler dan Multiseluler
- Memiliki pigmen fikosianin
- Klorofil tidak di dalam kloroplas, tetapi tersebar di seluruh sitoplasma
HABITAT
- Perairan (terutama perairan tawar) dan tempat-tempat lembab.
- Mampu hidup pada perairan dengan suhu sampai 85 derajat C (sumber air panas) sehingga Ganggang Biru merupakan salah satu vegetasi perintis.

Gbr. Nostoc
CONTOH SPESIES
1. Alga biru uniseluler
- Chroococcus -> hidup di air/kolam yang tenang
- Gloeocapsa -> hidup pada batu atau epifit pada tumbuhan lain
2. Alga biru uniseluler berkoloni
- Polycistis
- Spirulina -> dapat diolah menjadi makanan kesehatan (food
suplement)
3. Alga biru berbentuk benang
- Oscillatoria
- Nostoc commune
- anabaena azollae dan anabaena cycadae bersimbiosis dengan Azolla
pinnata dan Cycas rumphii. Simbiosis Anabaena azollae dnegan Azolla
pinnata sebagai alternatif pupuk Urea, karena simbiosis ini dapat
meningkatkan kadar Nitrogen di lahan persawahan.

Ganggang merupakan tumbuhan yang belum mempunyai akar, batang dan daun yang sebenarnya, tetapi sudah memiliki klorofil sehingga bersifat autotrof. Tubuhnya terdiri atas satu sel (uniseluler) dan ada pula yang banyak sel (multi seluler). Yang Uniseluler umumnya sebagai Fitoplankton sedang yang multiseluler dapat hidup sebagai Nekton, Bentos atau Perifiton.
Habitat alga adalah air atau di tempat basah, sebagai Epifit atau sebagai Endofit.
Ganggang berkembang biak dengan cara vegetatif dan generatif.
BERDASARKAN PERBEDAAN PIGMEN, GANGGANG DIBAGI MENJADI 4 DIVISIO
1. CLOROPHYTA (ganggang hijau)
Mengandung pigmen hijau, yaitu klorofil
Contoh :
- Chlamydomonas sp.
- Chlorella sp.
- Euglena sp. Volvox sp. mahluk transisi antara ganggang dan
protozoa
2. CHRYSOPHYTA (ganggang keemasan)
Memiliki pigmen Karoten, disamping adanya klorofil.
Contohnya yang paling umum adalah Navicula sp. (Ganggang kresik = Diatomae), ganggang ini mengandung zat kersik yaitu silikat. Tanah yang mengandung ganggang ini disebut Tanah Diatom, baik sekali sebagai bahan lapisan pada dinamit, dapat pula digunakan sebagai bahan penggosok, saringan dan lain-lain.
3. PHAEOPHYTA (ganggang pirang=ganggang coklat)
Memiliki pigmen Fikosantin, disamping adanya klorofil. Semua anggotanya hidup di laut.
Contohnya:
- Turbinaria australis
- Sargassum siliquosum
- Fucus vesiculosus (bahan pewarna
alami)

Beberapa jenis ganggang ini menghasil-kan Asam Alginat yang berguna bagi industri tekstil dan makanan sebagai zat warna.

4. RHODOPHYTA (ganggang merah)
Memiliki pigmen Fikoeritrin, di samping ada-nya klorofil.

Contohnya:
- Eucheuma spinosum, merupakan
penghasil agar-agar.
- Gracillaria sp., menghasilkan bahan untuk
pembuatan kosmetika

http://tedbio.multiply.com/journal/item/12

B. BACTERI
Bacteri berasal dari bahasa latin bacterion yang berarti tongkat atau batang. Bacteri merupakan organisme bersel satu, berukuran kecil dan dapat dilihat dengan mikroskup pembesaran kuat. Bacteri dapat hidup di berbagai lingkungan, seperti tanah, air, udara dan juga dapat hidup pada tubuh hewan atau tumbuhan bahkan pada daerah dengan temperatur 600/ lebih.
Bacteri berperan penting dalam penguraian bahan organik dan melakukan pendauran ulang makanan, juga bermanfaat di berbagai industri makanan.
Ciri dan sifat bacteri :
1. Bentuk sel bacteri yaitu :
- bacilus (batang) :
* diplococcus (batang berpasangan)
* streptococcus (batang berantai)
- coccus (bulat) :
* stafilococcus (bulat bergerombol)
* stertococcus (bulat berantai)
* diplococcus (bulat berpasangan)
* tetracoccus (bulat empat-empat)
* sarcina (bulat delapan-delapan)
- spirillium :
* spirillium (spiral)
* vibrio (coma)
2. Ukuran sel bacteri
sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan mikroskup.
3. Struktur tubuh sel bacteri,
yaitu :
- dinding sel
- protoplas : bagian yang terletak di dalam sel, diantara membran sel, sitoplasma, ribosom, mesosome, nukleolid, dll.
- bagian yang terletak di luar dinding sel, diantaranya flagel, phili, kapsula.

Gb.


flagelum
benang-benang DNA
sitoplasma ribosom
kapsula
dinding sel
memban sel


Berdasarkan jumlah dan letak flagel bacteri dibedakan :
a. Atrik : tidak berflagel
b. Monotrik : mempunyai satu flagel di salah satu ujungnya
c. Lophotrik : mempunyai satu berkas flagel pada salah satu ujungnya
d. Amphitrik : mempunyai dua buah atau dua berkas pada kedua ujungnya
e. Peritrik : mempunyai banyak flagel pada seluruh permukaan tubuhnya

Gb. a. b. c.




d. e.


Berdasarkan sumber makanan bacteri dibedakan :
a. Bacteri autotrof : bacteri yang dapat mensintesa makanannya sendiri.
berupa :
- fotoautotrof : bila energi dari cahaya matahari
- kemoautotrof : bila energi dari kimia
b. Bacteri heterotrof : bacteri yang tidak mensistesis makan annya sendiri.
berupa :
- bacteri saprofit : mengambil sisa-sisa organik
- bacteri parasit : mengambil bahan organik dari organisme lain.
Berdasarkan sumber O2 (respirasinya) dibedakan :
a. Bacteri aerob : bacteri yang menggunakan O2 bebas untuk untuk respirasinya
contoh : Nitrosomonas, Nitrobacter, Nitrosococcus
b. Bacteri anaerob : bacteri yang tidak dapat menggunakan O2 bebas untuk respirasinya
contoh : Streptococcus lactis

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bacteri, yaitu :
a. Suhu/ temperatur, hidup pada suhu optimal antara 00 C sampai 400 C.
b. Kelembaban, umumnya hidup pada kelembaban tinggi (sekitar 85%).
c. Cahaya, gelap baik untuk pertumbuhan bactari. Umumnya cahaya merusak sel bacteri karena ultra violet dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel sehingga menghambat pertumbuhan dan menyebabkan kematian.

Reproduksi bacteri
Pada keadaan lingkungan yang buruk bacteri akan membentuk spora, karena spora tahan terhadap penurunan dan kenaikan suhu. Jika keadaan lingkungan menjadi membaik, spora akan bertunas menjadi satu sel bacteri yang aktif.
Pembiakan seksual tidak terjadi pada bacteri, tetapi hanya terjadi pemindahan materi genetik dari satu bacteri ke bacteri yang lain tanpa menghasilkan zigot, peristiwa ini disebut paraseksual.
Ada 3 cara paraseksual :
- transformasi : pemindahan sedikit materi genetik/ DNA bahkan hanya satu gen saja ke bacteri lain
- konyugasi : bergandengnya dua bacteri dengan membentuk jembatan untuk pemindahan materi genetik
- transduksi : pemindahan materi genetik dengan perantaraan virus
Pembiakan bacteri dengan pembelahan (aseksual) pada kondisi yang memungkinkan terjadi setiap 20 menit sekali.

Peranan bacteri dari kehidupan
1. Menguntungkan
a. Bidang pertanian :
bacteri penambat/ pemfiksasi nitrogen
contoh : Azotobacter, Clostrodium, Rhizobium
b. Bidang industri :
- makanan : Lactobacillus casei berperan dalam fermentasi air susu menjadi yoghurt
- pembentukan asam :
Acetobacter untuk pembuatan cuka dari alkohol
Propionibacterium berperan dalam pembuatan asam propinat
- pembuatan gas : Methanomonas methanica berperan dalam pembuatan gas-bio
c. Bidang farmasi :
Streptomyces griceus penghasil streptomisin
Streptomyces venecuelae penghasil kloromisetin
Streptomyces aureofasien penghasil aureomisin
d. Dalam ekosistem :
Bacteri berperan dalam proses pendauran zat organik.
2. Merugikan
a. Penyebab penyakit
Diplococcus pneumonia : penyakit radang paru-paru
Treponema pallidium : penyakit siphilis
Vibrio comma : penyakit kolera
Mycobacterium tuberculosis : penyakit TBC
Mycobacterium leprae : penyakit lepra
Shigella dysentriae : penyakit disentri
Salmonela typhosa : penyakit tiphus
Bordetella pertusis : penyakit batuk rejam
Clostridium tetani : penyakit tetanus
Pasteurella pestis : penyakit pes/sampar
Neissria gonorrhoeae : penyakit gonorrhoe
Treponema pertunue : penyakit patek
Bacilus antrasis : penyakit antrak (ternak)
Xantomonas tifi : kanker pada pohon jeruk
dll.
b. Penghasil racun
Pseudomonas cocovenenans racun pada tempe bongkrek
Escherichia coli : penyebab diare pada anak
c. Membusukan makanan
Enterobacter aerogenes : air susu menjadi berlendir
Erwinia carotovora : membusukan sayur dan buah-buahan

Cara pengawetan makanan

- Sterilisasi : pemusnahan semua bentuk kehidupan dalam makanan melalui pemanasan pada 1210 C selama
15 menit dengan disertai tekanan.
- Pasteurilisasi: pemanasan sampai 620 C selama 30 menit atau 710 C selama 15 menit.
- Pengeringan
- Pemanasan
- Pendinginan (kurang 10 C)
- Radiasi (sinar ultra violet, gama, x)
- Pengasaman
- Pengasinan
- Pemanisan
- Pengasapan
- Pengalengan
- dll.

C. GANGGANG BIRU (Cyanophyta)

Merupakan ganggang bersel satu berbentuk koloni atau benang multisel. Selain mempunyai klorofil ganggang biru mempunyai fikosianin (biru) dan fikoeritrin (merah) dengan warna biru yang dominan.
Cara reproduksi dilakukan dengan :
- pembelahan sel
- fragmentasi (pemutusan), terjadi pada yang bentuk benang
- spora
Ganggang biru dapat kita temukan di laut, kolam, reservoir, air tenang/ megalir. Juga menempel pada batu-batuan, tanah, kayu, bahkan di sumber air panas.

Manfaat ganggang biru dalam kehidupan :
- Nostoc, Anabaena, Gloeocapsa dapat mengubah N2 bebas menjadi senyawa nitrat.
- Anabaena azolla hidup bersimbiosis dengan Azolla pinnata (Pteridophyta), daun Azolla pinnata dapat dibuat kompos.
- Spirullina merupakan ganggang biru yang mengandung protein dengan kadar tinggi.
- Ganggang biru banyak dikembangkan PST (protein sel tunggal), sebagai makanan orang Africa (Chad) dan Mexico.

monera

http://bebas.vlsm.org/v12/sponsor/Sponsor-Pendamping/Praweda/Biologi/0012%20Bio%201-3a.htm

Dari asal kata Bakterion (yunani = batang kecil). Di dalam klasifikasi bakteri digolongkan dalam Divisio Schizomycetes.
CIRI-CIRI UMUM
- Tubuh uniseluler (bersel satu)
- Tidak berklorofil (meskipun begitu ada beberapa jenis bakteri yang memiliki pigmen seperti klorofil sehingga mampu berfotosintesis dan hidupnya autotrof
- Reproduksi dengan cara membelah diri (dengan pembelahan Amitosis)
- Habitat: bakteri hidup dimana-mana (tanah, air, udara, mahluk hidup)
- Satuan ukuran bakteri adalah mikron (10-3)

Gbr. arsitektur suatu sel bakteri yang khas

BENTUK-BENTUK BAKTERI
- Kokus : bentuk bulat, monokokus, diplokokus, streptokokus,
stafilokokus, sarkina
- Basil : bentuk batang, diplobasil, streptobasil
- Spiral : bentuk spiral, spirilium (spiri kasar), spirokaet (spiral halus)
- Vibrio : bentuk koma
ALAT GERAK BAKTERI
Beberapa bakteri mampu bergerak dengan menggunakan bulu cambuk/flagel. Berdasarkan ada tidaknya flagel dan kedudukan flagel tersebut, kita mengenal 5 macam bakteri.
- Atrich : bakteri tidak berflagel. contoh: Escherichia coli
- Monotrich : mempunyai satu flagel salah satu ujungnya. contoh:
Vibrio cholera
- Lopotrich : mempunyai lebih dari satu flagel pada salah satu
ujungnya. contoh: Rhodospirillum rubrum
- Ampitrich : mempunyai satu atau lebih flagel pada kedua
ujungnya. contoh: Pseudomonas aeruginosa
- Peritrich : mempunyai flagel pada seluruh permukaan tubuhnya.
contoh: salmonella typhosa
NUTRISI BAKTERI
1. Dengan dasar cara memperoleh makanan, bakteri dapat dibedakan menjadi dua:
Bakteri heterotrof: bakteri yang tidak dapat mensintesis makanannya sendiri. Kebutuhan makanan tergantung dari mahluk lain. Bakteri saprofit dan bakteri parasit tergolong bakteri heterotrof.
2. Bakteri autotrofl bakteri yagn dapat mensistesis makannya sendiri. Dibedakan menjadi dua yaitu (1) bakteri foto autotrof dan (2) bakteri kemoautotrof.
KEBUTUHAN AKAN OKSIGEN BEBAS
Dengan dasar kebutuhan akan oksigen bebas untuk kegiatan respirasi, bakteri dibagi menjadi 2:
- Bakteri aerob: memerlukan O2 bebas untuk kegiatan respirasinya
- Bakteri anaerob : tidak memerlukan O2 bebas untu kegiatan
respirasinya.
PERTUMBUHAN BAKTERI
dipengaruhi oleh beberapa faktor :
1. Temperatur, umumnya bakteri tumbuh baik pada suhu antara 25 - 35 derajat C.
2. Kelmbaban, lingkungan lembab dan tingginya kadar air sangat menguntungkan untuk pertumbuhan bakteri
3. Sinar Matahari, sinar ultraviolet yang terkandung dalam sinar matahari dapat mematikan bakteri.
4. Zat kimia, antibiotik, logam berat dan senyawa-senyawa kimia tertentu dapat menghambat bahkan mematikan bakteri.

PERANAN BAKTERI DALAM KEHIDUPAN
1. Sebagai Mahluk Pengurai/Saprovor.
Bersama-sama dengan jamur, bakteri berperan sebagai pengurai
mahluk-mahluk yang sudah mati
2. Penghasil Antibiotik.
Dari bakteri golongan Actinomycetes (bentuk peralihan antara bakteri
dan jamur) dihasilkan bermacam-macam antibiotik. Misalnya:
Streptomisin >> dari Streptomyces griseus, Kloramfemikol >> dari
Streptomyces venezuelae.
3. Penghasil Bahan Pangan.
- Asam cuka >> dari Acetobacter acetil
- Yoghurt >> dari Lactobacillurs bulgaricus
- Sari kelapa/Nata de Coco >> dari Acetobacter xylinum
4. Pengikat N2 bebas di udara:
Bersimbiosis dengan tanaman Leguminosae (tanaman buah polong)
- Rhizobium leguminosarum dan R. radicicola.
Hidup bebas :
- Azotobacter, Rhodospirillum rubrum, Clostridium pasteurianum.
MERUGIKAN MAHLUK LAIN
Bakteri patogen adalah bakteri parasit yang dapat menimbulkan penyakit pada organisme lain.
Pada tumbuhan misalnya:
Xanthomonas citri >> penyebab kanker batang jeruk.
Erwinia trachelphilia >> penyebab penyakit busuk daun labu.
Pada hewan misalnya:
Bacillus antraxis >> penyebab penyakit anthrax pada hewan ternak.
Actynomyces bovis >> penyebab penyakit bengkak pada rahang sapi.
Pada manusia misalnya:
Salmonella thyphosa >> penyebab penyakit tifus
Mycobacterium tuberculosis >> penyebab penyakit TBC
Mycobacterium leprae >> penyebab penyakit lepra
Treponema pallidum >> penyebab penyakit sifilis
Shigella dysentriae >> penyebab penyakit disentri basiler
Diplococcus pneumoniae >> penyebab penyakit radang paru-paru
Vibrio cholera >> penyebab penyakit kolera
TINDAKAN PENCEGAHAN DAN PENGOBATAN
TERHADAP PENYAKIT BAKTERI
1.Tindakan pencegahan dengan pemberian vaksin.
Misalnya vaksin BCG >> pencegahan terhadap penyakit TBC
Vaksin DPT >> pencegahan penyakit difteri, pertusis dan tetanus
2.Tindakan pengobatan:
Dapat dengan cara pemberian antibiotik
PENGAWETAN MAKANAN
1. Cara-cara tradisional >> pengasapan, penggaraman, pengeringan,
pemanisan
2. Cara-cara modern -> Sterilisasi, Pasteurisasi, pendinginan,
penggunaan bahan kima dan teknik iradiasi

Ganggang Biru
Biologi Kelas 1 > Virus & Monera> Monera
11
< Sebelum Sesudah >

Di dalam klasifikasi, ganggang biru digolongkan kedalam Divisio Cyanophyta.
CIRI-CIRI UMUM:
- tipe sel: sel Prokariotik (sama dengan bakteri)
- Uniseluler dan Multiseluler
- Memiliki pigmen fikosianin
- Klorofil tidak di dalam kloroplas, tetapi tersebar di seluruh sitoplasma
HABITAT
- Perairan (terutama perairan tawar) dan tempat-tempat lembab.
- Mampu hidup pada perairan dengan suhu sampai 85 derajat C (sumber air panas) sehingga Ganggang Biru merupakan salah satu vegetasi perintis.

Gbr. Nostoc
CONTOH SPESIES
1. Alga biru uniseluler
- Chroococcus -> hidup di air/kolam yang tenang
- Gloeocapsa -> hidup pada batu atau epifit pada tumbuhan lain
2. Alga biru uniseluler berkoloni
- Polycistis
- Spirulina -> dapat diolah menjadi makanan kesehatan (food
suplement)
3. Alga biru berbentuk benang
- Oscillatoria
- Nostoc commune
- anabaena azollae dan anabaena cycadae bersimbiosis dengan Azolla
pinnata dan Cycas rumphii. Simbiosis Anabaena azollae dnegan Azolla
pinnata sebagai alternatif pupuk Urea, karena simbiosis ini dapat
meningkatkan kadar Nitrogen di lahan persawahan.

Ganggang merupakan tumbuhan yang belum mempunyai akar, batang dan daun yang sebenarnya, tetapi sudah memiliki klorofil sehingga bersifat autotrof. Tubuhnya terdiri atas satu sel (uniseluler) dan ada pula yang banyak sel (multi seluler). Yang Uniseluler umumnya sebagai Fitoplankton sedang yang multiseluler dapat hidup sebagai Nekton, Bentos atau Perifiton.
Habitat alga adalah air atau di tempat basah, sebagai Epifit atau sebagai Endofit.
Ganggang berkembang biak dengan cara vegetatif dan generatif.
BERDASARKAN PERBEDAAN PIGMEN, GANGGANG DIBAGI MENJADI 4 DIVISIO
1. CLOROPHYTA (ganggang hijau)
Mengandung pigmen hijau, yaitu klorofil
Contoh :
- Chlamydomonas sp.
- Chlorella sp.
- Euglena sp. Volvox sp. mahluk transisi antara ganggang dan
protozoa
2. CHRYSOPHYTA (ganggang keemasan)
Memiliki pigmen Karoten, disamping adanya klorofil.
Contohnya yang paling umum adalah Navicula sp. (Ganggang kresik = Diatomae), ganggang ini mengandung zat kersik yaitu silikat. Tanah yang mengandung ganggang ini disebut Tanah Diatom, baik sekali sebagai bahan lapisan pada dinamit, dapat pula digunakan sebagai bahan penggosok, saringan dan lain-lain.
3. PHAEOPHYTA (ganggang pirang=ganggang coklat)
Memiliki pigmen Fikosantin, disamping adanya klorofil. Semua anggotanya hidup di laut.
Contohnya:
- Turbinaria australis
- Sargassum siliquosum
- Fucus vesiculosus (bahan pewarna
alami)

Beberapa jenis ganggang ini menghasil-kan Asam Alginat yang berguna bagi industri tekstil dan makanan sebagai zat warna.

4. RHODOPHYTA (ganggang merah)
Memiliki pigmen Fikoeritrin, di samping ada-nya klorofil.

Contohnya:
- Eucheuma spinosum, merupakan
penghasil agar-agar.
- Gracillaria sp., menghasilkan bahan untuk
pembuatan kosmetika

http://tedbio.multiply.com/journal/item/12

B. BACTERI
Bacteri berasal dari bahasa latin bacterion yang berarti tongkat atau batang. Bacteri merupakan organisme bersel satu, berukuran kecil dan dapat dilihat dengan mikroskup pembesaran kuat. Bacteri dapat hidup di berbagai lingkungan, seperti tanah, air, udara dan juga dapat hidup pada tubuh hewan atau tumbuhan bahkan pada daerah dengan temperatur 600/ lebih.
Bacteri berperan penting dalam penguraian bahan organik dan melakukan pendauran ulang makanan, juga bermanfaat di berbagai industri makanan.
Ciri dan sifat bacteri :
1. Bentuk sel bacteri yaitu :
- bacilus (batang) :
* diplococcus (batang berpasangan)
* streptococcus (batang berantai)
- coccus (bulat) :
* stafilococcus (bulat bergerombol)
* stertococcus (bulat berantai)
* diplococcus (bulat berpasangan)
* tetracoccus (bulat empat-empat)
* sarcina (bulat delapan-delapan)
- spirillium :
* spirillium (spiral)
* vibrio (coma)
2. Ukuran sel bacteri
sangat kecil dan hanya dapat dilihat dengan mikroskup.
3. Struktur tubuh sel bacteri,
yaitu :
- dinding sel
- protoplas : bagian yang terletak di dalam sel, diantara membran sel, sitoplasma, ribosom, mesosome, nukleolid, dll.
- bagian yang terletak di luar dinding sel, diantaranya flagel, phili, kapsula.

Gb.


flagelum
benang-benang DNA
sitoplasma ribosom
kapsula
dinding sel
memban sel


Berdasarkan jumlah dan letak flagel bacteri dibedakan :
a. Atrik : tidak berflagel
b. Monotrik : mempunyai satu flagel di salah satu ujungnya
c. Lophotrik : mempunyai satu berkas flagel pada salah satu ujungnya
d. Amphitrik : mempunyai dua buah atau dua berkas pada kedua ujungnya
e. Peritrik : mempunyai banyak flagel pada seluruh permukaan tubuhnya

Gb. a. b. c.




d. e.


Berdasarkan sumber makanan bacteri dibedakan :
a. Bacteri autotrof : bacteri yang dapat mensintesa makanannya sendiri.
berupa :
- fotoautotrof : bila energi dari cahaya matahari
- kemoautotrof : bila energi dari kimia
b. Bacteri heterotrof : bacteri yang tidak mensistesis makan annya sendiri.
berupa :
- bacteri saprofit : mengambil sisa-sisa organik
- bacteri parasit : mengambil bahan organik dari organisme lain.
Berdasarkan sumber O2 (respirasinya) dibedakan :
a. Bacteri aerob : bacteri yang menggunakan O2 bebas untuk untuk respirasinya
contoh : Nitrosomonas, Nitrobacter, Nitrosococcus
b. Bacteri anaerob : bacteri yang tidak dapat menggunakan O2 bebas untuk respirasinya
contoh : Streptococcus lactis

Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan bacteri, yaitu :
a. Suhu/ temperatur, hidup pada suhu optimal antara 00 C sampai 400 C.
b. Kelembaban, umumnya hidup pada kelembaban tinggi (sekitar 85%).
c. Cahaya, gelap baik untuk pertumbuhan bactari. Umumnya cahaya merusak sel bacteri karena ultra violet dapat menyebabkan terjadinya ionisasi komponen sel sehingga menghambat pertumbuhan dan menyebabkan kematian.

Reproduksi bacteri
Pada keadaan lingkungan yang buruk bacteri akan membentuk spora, karena spora tahan terhadap penurunan dan kenaikan suhu. Jika keadaan lingkungan menjadi membaik, spora akan bertunas menjadi satu sel bacteri yang aktif.
Pembiakan seksual tidak terjadi pada bacteri, tetapi hanya terjadi pemindahan materi genetik dari satu bacteri ke bacteri yang lain tanpa menghasilkan zigot, peristiwa ini disebut paraseksual.
Ada 3 cara paraseksual :
- transformasi : pemindahan sedikit materi genetik/ DNA bahkan hanya satu gen saja ke bacteri lain
- konyugasi : bergandengnya dua bacteri dengan membentuk jembatan untuk pemindahan materi genetik
- transduksi : pemindahan materi genetik dengan perantaraan virus
Pembiakan bacteri dengan pembelahan (aseksual) pada kondisi yang memungkinkan terjadi setiap 20 menit sekali.

Peranan bacteri dari kehidupan
1. Menguntungkan
a. Bidang pertanian :
bacteri penambat/ pemfiksasi nitrogen
contoh : Azotobacter, Clostrodium, Rhizobium
b. Bidang industri :
- makanan : Lactobacillus casei berperan dalam fermentasi air susu menjadi yoghurt
- pembentukan asam :
Acetobacter untuk pembuatan cuka dari alkohol
Propionibacterium berperan dalam pembuatan asam propinat
- pembuatan gas : Methanomonas methanica berperan dalam pembuatan gas-bio
c. Bidang farmasi :
Streptomyces griceus penghasil streptomisin
Streptomyces venecuelae penghasil kloromisetin
Streptomyces aureofasien penghasil aureomisin
d. Dalam ekosistem :
Bacteri berperan dalam proses pendauran zat organik.
2. Merugikan
a. Penyebab penyakit
Diplococcus pneumonia : penyakit radang paru-paru
Treponema pallidium : penyakit siphilis
Vibrio comma : penyakit kolera
Mycobacterium tuberculosis : penyakit TBC
Mycobacterium leprae : penyakit lepra
Shigella dysentriae : penyakit disentri
Salmonela typhosa : penyakit tiphus
Bordetella pertusis : penyakit batuk rejam
Clostridium tetani : penyakit tetanus
Pasteurella pestis : penyakit pes/sampar
Neissria gonorrhoeae : penyakit gonorrhoe
Treponema pertunue : penyakit patek
Bacilus antrasis : penyakit antrak (ternak)
Xantomonas tifi : kanker pada pohon jeruk
dll.
b. Penghasil racun
Pseudomonas cocovenenans racun pada tempe bongkrek
Escherichia coli : penyebab diare pada anak
c. Membusukan makanan
Enterobacter aerogenes : air susu menjadi berlendir
Erwinia carotovora : membusukan sayur dan buah-buahan

Cara pengawetan makanan

- Sterilisasi : pemusnahan semua bentuk kehidupan dalam makanan melalui pemanasan pada 1210 C selama
15 menit dengan disertai tekanan.
- Pasteurilisasi: pemanasan sampai 620 C selama 30 menit atau 710 C selama 15 menit.
- Pengeringan
- Pemanasan
- Pendinginan (kurang 10 C)
- Radiasi (sinar ultra violet, gama, x)
- Pengasaman
- Pengasinan
- Pemanisan
- Pengasapan
- Pengalengan
- dll.

C. GANGGANG BIRU (Cyanophyta)

Merupakan ganggang bersel satu berbentuk koloni atau benang multisel. Selain mempunyai klorofil ganggang biru mempunyai fikosianin (biru) dan fikoeritrin (merah) dengan warna biru yang dominan.
Cara reproduksi dilakukan dengan :
- pembelahan sel
- fragmentasi (pemutusan), terjadi pada yang bentuk benang
- spora
Ganggang biru dapat kita temukan di laut, kolam, reservoir, air tenang/ megalir. Juga menempel pada batu-batuan, tanah, kayu, bahkan di sumber air panas.

Manfaat ganggang biru dalam kehidupan :
- Nostoc, Anabaena, Gloeocapsa dapat mengubah N2 bebas menjadi senyawa nitrat.
- Anabaena azolla hidup bersimbiosis dengan Azolla pinnata (Pteridophyta), daun Azolla pinnata dapat dibuat kompos.
- Spirullina merupakan ganggang biru yang mengandung protein dengan kadar tinggi.
- Ganggang biru banyak dikembangkan PST (protein sel tunggal), sebagai makanan orang Africa (Chad) dan Mexico.

Sabtu, 31 Oktober 2009

pengetahuan umum

Arctic Sediments Show That 20th Century Warming Is Unlike Natural Variation
ScienceDaily (Oct. 25, 2009)
— The possibility that climate change might simply be a natural
variation like others that have occurred throughout geologic time is
dimming, according to evidence in a Proceedings of the National Academy of Sciences paper published October 19.The research reveals that sediments retrieved by University at
Buffalo geologists from a remote Arctic lake are unlike those seen
during previous warming episodes.
The UB researchers and their international colleagues were able to
pinpoint that dramatic changes began occurring in unprecedented ways
after the midpoint of the twentieth century.
"The sediments from the mid-20th century were not all that different
from previous warming intervals," said Jason P. Briner, PhD, assistant
professor of geology in the UB College of Arts and Sciences. "But after
that things really changed. And the change is unprecedented."
The sediments are considered unique because they contain rare
paleoclimate information about the past 200,000 years, providing a far
longer record than most other sediments in the glaciated portion of the
Arctic, which only reveals clues to the past 10,000 years.
"Since much of the Arctic was covered by big ice sheets during the
Ice Age, with the most recent glaciations ending around 10,000 years
ago, the lake sediment cores people get there only cover the past
10,000 years," said Briner.
"What is unique about these sediment cores is that even though
glaciers covered this lake, for various reasons they did not erode it,"
said Briner, who discovered the lake in the Canadian Arctic while
working on his doctoral dissertation. "The result is that we have a
really long sequence or archive of sediment that has survived arctic
glaciations, and the data it contains is exceptional."
Working with Briner and colleagues at UB who retrieved and analyzed
the sediments, the paper's co-authors at the University of Colorado and
Queens University, experts in analyzing fossils of bugs and algae, have
pooled their expertise to develop the most comprehensive picture to
date of how warming variations throughout the past 200,000 years have
altered the lake's ecology.
"There are periods of time reflected in this sediment core that
demonstrate that the climate was as warm as today," said Briner, "but
that was due to natural causes, having to do with well-understood
patterns of the Earth's orbit around the sun. The whole ecosystem has
now shifted and the ecosystem we see during just the last few decades
is different from those seen during any of the past warm intervals."
Yarrow Axford, a research associate at the University of Colorado,
and the paper's lead author, noted: "The 20th century is the only
period during the past 200 millennia in which aquatic indicators
reflect increased warming, despite the declining effect of slow changes
in the tilt of the Earth's axis which, under natural conditions, would
lead to climatic cooling."
Co-authors with Briner and Axford are Colin A. Cooke and Alexander
P. Wolfe of the University of Alberta; Donna R. Francis of the
University of Massachusetts; John P. Smol, Cheryl R. Wilson and Neal
Michelutti at Queens University; Gifford H. Miller of the University of
Colorado and Elizabeth K. Thomas, who did this work at UB for her
master's degree in geology.


Biofuel Displacing Food Crops May Have Bigger Carbon Impact Than Thought

ScienceDaily (Oct. 25, 2009) — A report examining the impact of a global biofuels program on greenhouse gas emissions during the 21st century has found that carbon loss stemming from the displacement of food crops and pastures for biofuels crops may be twice as much as the CO2 emissions from land dedicated to biofuels production. The study, led by Marine Biological Laboratory (MBL) senior scientist Jerry Melillo, also predicts that increased fertilizer use for biofuels production will cause nitrous oxide emissions (N2O) to become more important than carbon losses, in terms of warming potential, by the end of the century.

Using a global modeling system that links economic and biogeochemistry data, Melillo, MBL research associate David Kicklighter, and their colleagues examined the effects of direct and indirect land-use on greenhouse gas emissions as the production of biofuels increases over this century. They report their findings in the October 22 issue of Science Express.

Direct land-use emissions are generated from land committed solely to bioenergy production. Indirect land-use emissions occur when biofuels production on cropland or pasture displaces agricultural activity to another location, causing additional land-use changes and a net increase in carbon loss.

No major countries currently include carbon emissions from biofuel-related land-use changes in their carbon loss accounting and there is concern about the practicality of including such losses in a system designed to reduce fossil-fuel emissions. Moreover, methods to assess indirect land-use emissions are controversial. All quantitative analyses to date have either ignored indirect emissions altogether, considered those associated from crop displacement from a limited area, confused indirect emissions with direct or general land-use emissions, or developed estimates based on a static framework of today's economy.

Using a modeling system that integrates global land-use change driven by multiple demands for land and that includes dynamic greenhouse-gas accounting, Melillo and his colleagues factored in a full suite of variables, including the potential of net carbon uptake from enhanced land management, N2O emissions from the increased use of fertilizer, environmental effects on carbon storage, and the economics of land conversion.

"Our analysis, which we think is the most comprehensive to date, shows that direct and indirect land-use changes associated with an aggressive global biofuels program have the potential to release large quantities of greenhouse gases to the atmosphere," says Melillo.

Melillo and his colleagues simulated two global land-use scenarios in the study. In Case 1, natural areas are converted to meet increased demand for biofuels production land. In Case 2, there is less willingness to convert land and existing managed land is used more intensely. Both scenarios are linked to a global climate policy that would control greenhouse gas emissions from fossil fuel sources to stabilize CO2 concentrations at 550 parts per million, a target often talked about in climate policy discussions. Under such a climate policy, fossil fuel use would become more expensive and the introduction of biofuels would accelerate, ultimately increasing the size of the biofuels industry and causing additional effects on land use, land prices, and food and forestry production and prices.

The model predicts that, in both scenarios, land devoted to biofuels will become greater than the total area currently devoted to crops by the end of the 21st century. Case 1 will result in more carbon loss than Case 2, especially at mid-century. In addition, indirect land use will be responsible for substantially greater carbon losses (up to twice as much) than direct land use.

"Large greenhouse gas emissions from these indirect land-use changes are unintended consequences of a global biofuels program; consequences that add to the climate-change problem rather than helping to solve it," says Melillo "As our analysis shows, these unintended consequences are largest when the clearing of forests is involved."

In their model, Melillo and his colleagues also simulated N2O emissions from the additional fertilizer that will be required to grow biofuel crops in the future. They found that over the century, N2O emissions will surpass CO2 in terms of warming potential. By 2100, Melillo and his team estimate that in both study scenarios, biofuels production will account for more than half of the total N2O emissions from fertilizer. "Best practices for the use of nitrogen fertilizer, such as synchronizing fertilizer application with plant demand, can reduce N2O emissions associated with biofuels production," the scientists say.